Gak terasa waktu terus aja berjalan, tahun berganti tahun waktu kita di dunia semakin pendek. Bersyukurlah kalo sampai hari ini kita masih bisa buka mata dan menghirup udara segar karna semua itu adalah anugerah dr Tuhan. Bersyukur sekali kalo sampai saat ini Tuhan masih mempercayakan kesempatan padaku dengan menambahkan 1 tahun lagi usiaku. Bersyukur untuk kehidupan ini, keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan juga orang-orang disekelilingku yang sayang sama aku dan memproses diriku.
Gak terasa juga udah 3 tahun lebih ngejomblo. Tapi aku nggak merasa kesepian karena aku tahu ada satu Pribadi yang selalu ada buatku dan selalu menguatkan aku disaat-saat terlemah dlm hidupku. Dan juga ada teman” dan keluarga, khususnya mama tersayang yang bisa diajak jalan kemana”, juga kegiatan” gereja yang selalu mengisi hari-hariku.
Dua tahun ini pas waktu ultahku selalu ada moment, tahun lalu waktu ultah aku sakit sampai gak masuk kerja dan bolak-balik keluar laboratorium untuk periksa trombosit karena dikhawatirkan kena demam berdarah. Sedangkan tahun ini waktu ultah aku lagi ikut seminar guru sekolah minggu se sinode GKKA Indonesia di Prigen, dengan temanya: “Guru sebagai gembala yang kreatif dan inovatif”.
Gmn rasanya ikut seminar ini? Yang pasti seneng, aku bisa ketemu dengan temen” baru dari gereja GKKA se Indonesia. Dan yang pasti aku bisa dapat banyak hal untuk pelayanan sekolah minggu.
Tibalah tgl 28 maret, pagi” bangun tidur yang pasti dilakukan adalah berdoa terlebih dulu sama Tuhan Yesus. Berdoa mengucap syukur untuk hari baru dan khususnya sdh ditambah umur 1 thn lagi. Apakah make a wish tahun ini? Yang pasti panggilan hidup, keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan yang nggak kalah penting pokok doa soal pasangan hidup sdh mulai didoakan. Kalo tahun lalu masih belum berani minta sama Tuhan soal pasangan hidup karena merasa belum siap untuk berelasi dengan orang spesial. Tapi tahun ini merasa sudah siap kalo Tuhan mau kasi PH. Terlalu lama ngejomblo terasa kesepian juga akhirnya:p, yah setiap orang kan butuh temen untuk berbagi, hehe....:)
So, PH seperti apa sih yg dicari”? Simak doa dibawah ini. Doa yg cukup bagus sekali untuk mewakili kriteria pasangan yang tepat.
DOA SEPANJANG MASA
Bapa, aku berdoa untuk seorang yang akan menjadi bagian dari hidupku di sepanjang masa hidupku. Ya Allah, berilah aku seorang pasangan yang sungguh mencintaiMu lebih daripada segala sesuatu, bahkan lebih daripada diriku. Seorang yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untukMu dan sesame. Biarlah pasanganku itu mengetahui bagi siapa dan untuk apa dia hidup, sehingga hidupnya terarah. Bapa, aku merindukan seorang pasangan yang mencintaiku, bukan karena masalah fisik tetapi karena hatiku. Berilah, aku pasangan yang berhati bijak, bukan hanya sekedar cerdas secara intelektual. Bapa, aku sungguh menginginkan pasangan yang dapat menjadi sahabat di setiap keadaan. Seorang yang dapat membuatku merasa sebagai pribadi yang berharga ketika berada didekatnya. Biarlah dia bersedia menghargai serta menasehati ketika aku membutuhkannya. Akupun bersedia mendukungnya di waktu-waktu yang tersulit di dalam hidupnya.
Bapa, aku tidak meminta seorang pasangan yang sempurna karena aku rindu membuat hidupnya menjadi sempurna oleh kehadiranku di sisinya. Aku mau menjadi rekan doa disepanjang umur hidunya; memberi senyuman ketika kami terbangun di pagi yang baru; merangkulnya untuk meneguhkan hatinya yang ragu. Di atas segalanya, berilah aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMu yang sempurna, bukan dengan cintaku yang dapat pudar oleh waktu. Berilah aku roh yang lemah lembut sehingga pribadiku dapat membawanya lebih dekat denganMu. Inilah kerinduan yang akan terus kupanjatkan sampai aku mendapat pasangan hidupku.
Doa ini dikutip dari renungan Manna Sorgawi, dan yang perlu ditambahkan lagi adalah aku mencari seseorang mau menerima aku apa adanya dan juga menerima keluargaku dengan segala plus-minusnya. Semoga aja Tuhan segera menjawab doaku ini, hehe...:D
Daftar Blog Saya
Minggu, April 05, 2009
Kamis, April 02, 2009
Ketika Harus Menerima Tanggung Jawab Besar :)
Pelayanan adalah sebuah anugerah. Ketika kita diberi kesempatan untuk bisa melayani, seharusnya setiap kita tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Karena tidak semua orang punya dan atau diberi kepercayaan untuk melayani.
Banyak hal yang seringkali menjadi alasan dari setiap kita untuk menolak pelayanan, mulai dari kata sibuk dengan kuliah atau pekerjaan, keluarga tidak mendukung, merasa tidak layak, merasa tidak mampu karena masih banyak orang yang lebih mampu dan lebih baik, dan sebagainya. Kalau alasan merasa tidak layak, menurut aku tidak ada seorang pun yang sebenarnya layak, karena setiap kita adalah orang-orang yang berdosa dan nggak luput dari kesalahan. Sedangkan alasan merasa tidak mampu, menurut aku mungkin karena kita merasa kurang percaya diri padahal kita juga punya kemampuan dan potensi asal kita mau menggali dan berusaha. Tuhan tidak mencari orang yang mampu karena sebenarnya banyak sekali orang yang mampu, tapi Tuhan mencari orang yang mau melayani. Buat apa kalau seseorang tersebut punya banyak talenta untuk melayani tetapi dia tidak punya hati untuk ambil bagian dalam pelayanan.
Saat ini gereja tempat aku beribadah sedang mengadakan regenerasi pengurus, jadi setiap komisi dan departemen sedang gencar-gencarnya mencari orang untuk diajak menjadi pengurus baru. Secara pribadi aku sendiri selama beberapa waktu belakangan ini juga sedang bergumul tentang pelayanan di departemen PI (Pekabaran Injil). Awalnya aku berniat untuk mengundurkan diri, banyak alasan yang buat aku ingin mundur dari komisi PI ini. Beberapa alasan diantaranya adalah aku ingin focus ke salah satu pelayanan yaitu sekolah minggu, karena untuk pelayanan di sekolah minggu ini bener” membutuhkan tenaga ekstra apalagi kalau dapat jadwal tugas cerita karena pasti ada banyak hal yang harus dipersiapkan, apalagi aku aku lebih memilih pelayanan sekolah minggu karena aku seneng bisa deket sama anak-anak kecil walaupun kelas yang aku pegang bukan kelas kecil tapi kelas paling besar yaitu kelas 6 SD & 1 SMP. Lagipula aku memang seneng ngajar. Aku kuatir aja kalo pelayanan dobel” ntar yang ada malah keteteran. Sedangkan alasan lain yang lebih penting adalah aku pribadi nggak punya visi yang jelas dalam pelayanan PI, pikiranku sama sekali blank tentang pelayanan ini, karena aku sendiri nggak tau apa yang harus aku lakukan di pelayanan komisi PI, walaupun aku sudah 2 tahun jadi pengurus PI tapi menurut aku bayangan tentang pelayanan misi itu masih abstrak banget, jadi masakah kita mau pelayanan tapi kita sendiri nggak tau apa yang harus kita kerjakan. Karena buat aku visi dalam pelayanan itu sangat penting banget supaya kita tahu arah tujuan pelayanan kita mau kemana dan mau ngapain. Sedangkan visi pelayananku di sekolah minggu sudah cukup jelas.
Pada waktu komisi sekolah minggu ngadain rapat regenerasi sebenernya aku sudah masuk untuk jadi pengurus di sie perlengkapan. Sedangkan komisi PI masih berusaha ndeketin anak” pemuda atau profesi untuk jadi pengurusnya. Para pengurus lama komisi PI, yang cuma tinggal 3 orang doank juga bingung menentukan colon ketua yang baru, karena ketua yang lama nggak bisa naik lagi karena banyak alasan dan salah satunya adalah persiapan mo married. Tinggalah aku berdua dengan Meli yang dicalonkan untuk jadi ketua, karena calon pengurus baru belum bisa jadi ketua karena belum mengenal seluk beluk pelayanan komisi PI seperti apa.
Pada waktu rapat evaluasi program PI yang lama sekaligus evaluasi kinerja anggota pengurus yang lama, kemungkinan besar ketua barunya adalah Meli karena ketika dia dipercaya untuk jadi koordinator acara bulan misi dia bisa mengkoordinir anggota panitia dengan baik sehingga kegiatan bulan misi saat itu boleh dibilang berhasil karena jumlah orang yang hadir diacara KKR misi lebih banyak dari sebelumnya dan acara tersebut berjalan lancar. Disisi yang lain Meli itu orang bersemangat dan antusias, jadi enak kan kalo punya ketua kayak Meli, sedangkan aku orangnya nggak pedean dan agak slow motion gitu. Aku sih setuju dan mendukung banget kalo Meli jadi ketuanya.
Pada rapat evaluasi itu aku menyatakan kalo aku masih mau bertahan jadi anggota pengurus PI, tapi selang beberapa hari kemudian aku aku bergumul lagi untuk lebih mantap untuk keluar dari PI. Kalaupun aku masih mau bertahan itu karena di komisi PI nggak ada orang lagi dan susah banget cari orang untuk mau jadi pengurus baru, karena ketika denger nama kata PI mereka kayak sudah takut duluan sebab anggapan mereka PI itu harus nginjili orang, sedangkan untuk menceritakan injili ke orang lain itu nggak gampang.
Pada akhirnya aku putuskan untuk lepas dari kepengurusan sebagai sie perlengkapan di sekolah minggu, karena aturan gereja satu orang nggak boleh menjabat sebagai pengurus di dua komisi, jadi harus pilih salah satu. Aku bilang sama ketua sekolah minggu, ce Okta, kalo aku mau keluar dari kepengurusan, anggapannya ce Okta kalo aku keluar dari pengurus SM berarti aku pasti masuk pengurus PI. Tapi aku bilang ke ce Okta kalo kemungkinan aku jg keluar dari pengurus PI, eh ce Oktanya malah marah, dia bilang kalo aku keluar dari SM aku harus masuk jd pengurus PI, intinya aku nggak boleh ngelepasin pelayanan, aku diharuskan untuk ambil pelayanan jd pengurus. Dari hasil diskusi dengan ce Okta, di berharap aku bisa Bantu di PI karena PI kekurangan orang, sedangkan di SM msh byk SDMnya yg bisa Bantu. Ini bukan berarti nyak Okta nggak suka kalo aku jd pengurus di SM, karena cari orang di SM lbh byk & mudah ketimbang cari orang untuk di PI. Dengan catatan aku masih tetap bisa jd guru sekolah minggu.
Beberapa hari aku masih bergumul dan hatiku lebih mantap untuk keluar dari pada bertahan karena secara manusia aku masih pengen tetap di PI, tapi nggak tau jg dlm hati nuraniku ada yang bilang aku harus keluar, ada sesuatu yg tidak mengenakkan jika aku tetap bertahan di PI. Hal yang memberatkan adalah ketika aku menyadari bahwa byk dari sisi kehidupanku yang nggak beres, apalagi ketika di kantor dan di rumah. Aku melihat byk dari sikap hidupku yang mungkin nggak jadi berkat buat org lain karena mungkin aku sering bersikap kasar sama orang lain, aku jutek, dsb. Bagaimana aku bisa pelayanan PI ke org lain, sementara sikap hidupku sendiri nggak bisa mencerminkan kasih Tuhan? Itulah yang jd beban pergumulan dlm pelanananku.
Hingga suatu hari pendeta Jantje, yg adalah Pembina komisi PI, telpon ke kantorku pagi-pagi pas jam kerja. Inti dari pembicara dgn Pdt. Jantje adalah beliau melakukan pendekatan agar aku mau jadi ketua PI selanjutnya. Beliau menjelaskan byk hal ke aku tentang pelayanan, dan anehnya knp beliau bisa tahu semua hal yang jadi pergumulanku selama ini. Aku nggak nyangka banget karena orang akunya pengen keluar koq malah disuruh jd ketua. Ya nggak kebayang kan? Aku jg nggak ngerti, atas dasar pemikiran apa beliau memintaku untuk jd ketua. Pengalamanku dlm pelayanan jg blm banyak&belum lama, cuma 2 kali aja ditunjuk jadi coordinator, yang pertama jd coordinator acara natal SM dan satunya lagi coordinator acara kunjungan misi pembagian sembako dan pengobatan gratis ke desa Cengkong-Bojonegoro. Kalaupun keduanya boleh dibilang berjalan cukup lancar itu semua yang pertama adalah karena Tuhan Yesus yang menyertai&memimpin dan yang kedua karena tim yang berpengalaman, bukan karena koordinatornya.
Pada waktu Pdt. Jantje telpon, aku sudah ngeles sana-sini untuk nolak, berbagai alasan udah aku sampaikan, sampai aku bilang kalaupun saya terpaksa masuk PI oke lah saya akan tetap jad pengurus, tapi tidak untuk jd ketua. Mendingan orang lain aja yang jadi ketua. Karena saya nggak bisa mimpin, apalagi aku emang buka tipe orang yang suka ada didepan, aku lebih suka untuk jadi orang dibelakang layar untuk jd penasehat, dan bukan jd pemimpin.
Pdt. Janjte kembali menjelaskan bhw pelayanan adalah anugerah dan nggak boleh di tolak. Beliau nggak minta jawaban saat itu juga, beliau minta agar aku mempergumulkan lagi tentang hal ini. Malam harinya aku cerita ke mama kalau Pdt. Jante telp aku dan minta aku untuk jd ketua PI, aku merasa perlu cerita ke mama karena aku berharap keluargaku bisa mendukung pelayananku, karena selama ini aku sering dikomplain sama orang rmh gara-gara hampir tiap hari sepulang kerja aku langsung ke gereja jadi jarang pulang kerumah, sampai di rumah sudah malam banget. Yah maklum lah anak muda, mumpung masih punya tenaga&semangat lebih baik dimanfaatkan untuk hal yang positif daripada nongkrong” yang nggak jelas juntrungannya.
Nggak disangka banget mamaku mendukung & ngebolehin aku nerima tawaran Pdt. Jantje. Ya iyalah yang minta pendetanya sendiri sampai dibela-belain telp kekantorku pagi”, jd mungkin sungkan juga kalo mau nolak, masa anaknya nggak boleh pelayanan gara-gara orang tuanya nggak setuju, hehe…Dapet lampu hijau tuhJ
Suatu saat para pengurus PI baru dan lama rapat lg untuk brainstrorming ttg visi dari komisi PI. Selama ini visi dr komisi PI sendiri belum jelas, bahkan pihak majelis pun tidak bisa memberikan penjelasan asal-mula ato tujuan dari dibentuknya komisi PI tsb. Akhirnya pengurus PI berinisiatif untuk merumuskan visi terlebih dulu, karena kalo kita nunggu” terus dari majelis nggak bakalan dapat visi. Trus mau dibawa kemana pelayanan PI kedepan? Apakah mau pelayanan kita hanya sekedar pelayan-pelayan yang Cuma mengerjakan program, tp tanpa tujuan yg jelas. Ibarat seperti air mengalir tapi nggak jelas tujuannya mau dibawa kemana.
Setelah brainstrorming soal visi dan bagaimana pelayanan PI kedepan, eh tiba” topic pembicaraan beralih ke soal regenerasi, dan dgn santainya Ko Cu Yen ngeplot aku untuk jd ketua PI dgn alasan bla-bla-bla-bla selama pembicaraan mslh visi&program. Yah akhirnya mau gmn lagi terang aja yg lain juga setuju krn wkt itu yang ada cm pengurus baru, ketua lama, & Pdt. Jantje, sdgkan Meli yg sbenernya jg dicalonkan jd ketua waktu lg nggak ada ngurus acara lain, dan pengurus baru msh belum mmungkinkan jd ketua. Wah jujur aja shock berat, gak kebayang mau dibawa kemana PI slm 1 th kedepan, rasa takut, cemas, nggak pede, dll campur jd satu. Mau nggak mau harus diterima. Aduh berat bgt rasanya tanggung jwb yg harus dipikul.
Memang seneng rasanya ketika kita diberi sebuah kepercayaan oleh orang” disekeliling kita untuk memikul suatu tugas&tanggung jawab, ini berarti “kita dianggap” mampu. Tp, apa betul aku mampu? Itulah yg jd pertanyaanku! Yah, doakan saja agar Tuhan memampukan aku untuk mengerjakan pelayanan ini dengan baik. Akupun rindu untuk bs memberikan yg terbaik buat Tuhan.
Visi pelayanan PI kedepan secara garis besar didasarkan pada Amanat Agung, tp masih belum dirumuskan lg secara spesifik. Dan untuk program kedepan kita akan bekerja sama dengan gereja lain & lembaga misi yang ada karena jujur kita sebagai pengurus merasa awam dan belum tahu banyak soal pelayanan misi yg sesungguhnya itu seperti apa. Jadi kita mau merintis lg dr awal dan mau belajar dr gereja & lembaga misi yg sudah berpengalaman, mumpung banyak pengurus baru dan aku lihat semangat & antusias mereka begitu besar. May God bless our ministry. Amien :D
Banyak hal yang seringkali menjadi alasan dari setiap kita untuk menolak pelayanan, mulai dari kata sibuk dengan kuliah atau pekerjaan, keluarga tidak mendukung, merasa tidak layak, merasa tidak mampu karena masih banyak orang yang lebih mampu dan lebih baik, dan sebagainya. Kalau alasan merasa tidak layak, menurut aku tidak ada seorang pun yang sebenarnya layak, karena setiap kita adalah orang-orang yang berdosa dan nggak luput dari kesalahan. Sedangkan alasan merasa tidak mampu, menurut aku mungkin karena kita merasa kurang percaya diri padahal kita juga punya kemampuan dan potensi asal kita mau menggali dan berusaha. Tuhan tidak mencari orang yang mampu karena sebenarnya banyak sekali orang yang mampu, tapi Tuhan mencari orang yang mau melayani. Buat apa kalau seseorang tersebut punya banyak talenta untuk melayani tetapi dia tidak punya hati untuk ambil bagian dalam pelayanan.
Saat ini gereja tempat aku beribadah sedang mengadakan regenerasi pengurus, jadi setiap komisi dan departemen sedang gencar-gencarnya mencari orang untuk diajak menjadi pengurus baru. Secara pribadi aku sendiri selama beberapa waktu belakangan ini juga sedang bergumul tentang pelayanan di departemen PI (Pekabaran Injil). Awalnya aku berniat untuk mengundurkan diri, banyak alasan yang buat aku ingin mundur dari komisi PI ini. Beberapa alasan diantaranya adalah aku ingin focus ke salah satu pelayanan yaitu sekolah minggu, karena untuk pelayanan di sekolah minggu ini bener” membutuhkan tenaga ekstra apalagi kalau dapat jadwal tugas cerita karena pasti ada banyak hal yang harus dipersiapkan, apalagi aku aku lebih memilih pelayanan sekolah minggu karena aku seneng bisa deket sama anak-anak kecil walaupun kelas yang aku pegang bukan kelas kecil tapi kelas paling besar yaitu kelas 6 SD & 1 SMP. Lagipula aku memang seneng ngajar. Aku kuatir aja kalo pelayanan dobel” ntar yang ada malah keteteran. Sedangkan alasan lain yang lebih penting adalah aku pribadi nggak punya visi yang jelas dalam pelayanan PI, pikiranku sama sekali blank tentang pelayanan ini, karena aku sendiri nggak tau apa yang harus aku lakukan di pelayanan komisi PI, walaupun aku sudah 2 tahun jadi pengurus PI tapi menurut aku bayangan tentang pelayanan misi itu masih abstrak banget, jadi masakah kita mau pelayanan tapi kita sendiri nggak tau apa yang harus kita kerjakan. Karena buat aku visi dalam pelayanan itu sangat penting banget supaya kita tahu arah tujuan pelayanan kita mau kemana dan mau ngapain. Sedangkan visi pelayananku di sekolah minggu sudah cukup jelas.
Pada waktu komisi sekolah minggu ngadain rapat regenerasi sebenernya aku sudah masuk untuk jadi pengurus di sie perlengkapan. Sedangkan komisi PI masih berusaha ndeketin anak” pemuda atau profesi untuk jadi pengurusnya. Para pengurus lama komisi PI, yang cuma tinggal 3 orang doank juga bingung menentukan colon ketua yang baru, karena ketua yang lama nggak bisa naik lagi karena banyak alasan dan salah satunya adalah persiapan mo married. Tinggalah aku berdua dengan Meli yang dicalonkan untuk jadi ketua, karena calon pengurus baru belum bisa jadi ketua karena belum mengenal seluk beluk pelayanan komisi PI seperti apa.
Pada waktu rapat evaluasi program PI yang lama sekaligus evaluasi kinerja anggota pengurus yang lama, kemungkinan besar ketua barunya adalah Meli karena ketika dia dipercaya untuk jadi koordinator acara bulan misi dia bisa mengkoordinir anggota panitia dengan baik sehingga kegiatan bulan misi saat itu boleh dibilang berhasil karena jumlah orang yang hadir diacara KKR misi lebih banyak dari sebelumnya dan acara tersebut berjalan lancar. Disisi yang lain Meli itu orang bersemangat dan antusias, jadi enak kan kalo punya ketua kayak Meli, sedangkan aku orangnya nggak pedean dan agak slow motion gitu. Aku sih setuju dan mendukung banget kalo Meli jadi ketuanya.
Pada rapat evaluasi itu aku menyatakan kalo aku masih mau bertahan jadi anggota pengurus PI, tapi selang beberapa hari kemudian aku aku bergumul lagi untuk lebih mantap untuk keluar dari PI. Kalaupun aku masih mau bertahan itu karena di komisi PI nggak ada orang lagi dan susah banget cari orang untuk mau jadi pengurus baru, karena ketika denger nama kata PI mereka kayak sudah takut duluan sebab anggapan mereka PI itu harus nginjili orang, sedangkan untuk menceritakan injili ke orang lain itu nggak gampang.
Pada akhirnya aku putuskan untuk lepas dari kepengurusan sebagai sie perlengkapan di sekolah minggu, karena aturan gereja satu orang nggak boleh menjabat sebagai pengurus di dua komisi, jadi harus pilih salah satu. Aku bilang sama ketua sekolah minggu, ce Okta, kalo aku mau keluar dari kepengurusan, anggapannya ce Okta kalo aku keluar dari pengurus SM berarti aku pasti masuk pengurus PI. Tapi aku bilang ke ce Okta kalo kemungkinan aku jg keluar dari pengurus PI, eh ce Oktanya malah marah, dia bilang kalo aku keluar dari SM aku harus masuk jd pengurus PI, intinya aku nggak boleh ngelepasin pelayanan, aku diharuskan untuk ambil pelayanan jd pengurus. Dari hasil diskusi dengan ce Okta, di berharap aku bisa Bantu di PI karena PI kekurangan orang, sedangkan di SM msh byk SDMnya yg bisa Bantu. Ini bukan berarti nyak Okta nggak suka kalo aku jd pengurus di SM, karena cari orang di SM lbh byk & mudah ketimbang cari orang untuk di PI. Dengan catatan aku masih tetap bisa jd guru sekolah minggu.
Beberapa hari aku masih bergumul dan hatiku lebih mantap untuk keluar dari pada bertahan karena secara manusia aku masih pengen tetap di PI, tapi nggak tau jg dlm hati nuraniku ada yang bilang aku harus keluar, ada sesuatu yg tidak mengenakkan jika aku tetap bertahan di PI. Hal yang memberatkan adalah ketika aku menyadari bahwa byk dari sisi kehidupanku yang nggak beres, apalagi ketika di kantor dan di rumah. Aku melihat byk dari sikap hidupku yang mungkin nggak jadi berkat buat org lain karena mungkin aku sering bersikap kasar sama orang lain, aku jutek, dsb. Bagaimana aku bisa pelayanan PI ke org lain, sementara sikap hidupku sendiri nggak bisa mencerminkan kasih Tuhan? Itulah yang jd beban pergumulan dlm pelanananku.
Hingga suatu hari pendeta Jantje, yg adalah Pembina komisi PI, telpon ke kantorku pagi-pagi pas jam kerja. Inti dari pembicara dgn Pdt. Jantje adalah beliau melakukan pendekatan agar aku mau jadi ketua PI selanjutnya. Beliau menjelaskan byk hal ke aku tentang pelayanan, dan anehnya knp beliau bisa tahu semua hal yang jadi pergumulanku selama ini. Aku nggak nyangka banget karena orang akunya pengen keluar koq malah disuruh jd ketua. Ya nggak kebayang kan? Aku jg nggak ngerti, atas dasar pemikiran apa beliau memintaku untuk jd ketua. Pengalamanku dlm pelayanan jg blm banyak&belum lama, cuma 2 kali aja ditunjuk jadi coordinator, yang pertama jd coordinator acara natal SM dan satunya lagi coordinator acara kunjungan misi pembagian sembako dan pengobatan gratis ke desa Cengkong-Bojonegoro. Kalaupun keduanya boleh dibilang berjalan cukup lancar itu semua yang pertama adalah karena Tuhan Yesus yang menyertai&memimpin dan yang kedua karena tim yang berpengalaman, bukan karena koordinatornya.
Pada waktu Pdt. Jantje telpon, aku sudah ngeles sana-sini untuk nolak, berbagai alasan udah aku sampaikan, sampai aku bilang kalaupun saya terpaksa masuk PI oke lah saya akan tetap jad pengurus, tapi tidak untuk jd ketua. Mendingan orang lain aja yang jadi ketua. Karena saya nggak bisa mimpin, apalagi aku emang buka tipe orang yang suka ada didepan, aku lebih suka untuk jadi orang dibelakang layar untuk jd penasehat, dan bukan jd pemimpin.
Pdt. Janjte kembali menjelaskan bhw pelayanan adalah anugerah dan nggak boleh di tolak. Beliau nggak minta jawaban saat itu juga, beliau minta agar aku mempergumulkan lagi tentang hal ini. Malam harinya aku cerita ke mama kalau Pdt. Jante telp aku dan minta aku untuk jd ketua PI, aku merasa perlu cerita ke mama karena aku berharap keluargaku bisa mendukung pelayananku, karena selama ini aku sering dikomplain sama orang rmh gara-gara hampir tiap hari sepulang kerja aku langsung ke gereja jadi jarang pulang kerumah, sampai di rumah sudah malam banget. Yah maklum lah anak muda, mumpung masih punya tenaga&semangat lebih baik dimanfaatkan untuk hal yang positif daripada nongkrong” yang nggak jelas juntrungannya.
Nggak disangka banget mamaku mendukung & ngebolehin aku nerima tawaran Pdt. Jantje. Ya iyalah yang minta pendetanya sendiri sampai dibela-belain telp kekantorku pagi”, jd mungkin sungkan juga kalo mau nolak, masa anaknya nggak boleh pelayanan gara-gara orang tuanya nggak setuju, hehe…Dapet lampu hijau tuhJ
Suatu saat para pengurus PI baru dan lama rapat lg untuk brainstrorming ttg visi dari komisi PI. Selama ini visi dr komisi PI sendiri belum jelas, bahkan pihak majelis pun tidak bisa memberikan penjelasan asal-mula ato tujuan dari dibentuknya komisi PI tsb. Akhirnya pengurus PI berinisiatif untuk merumuskan visi terlebih dulu, karena kalo kita nunggu” terus dari majelis nggak bakalan dapat visi. Trus mau dibawa kemana pelayanan PI kedepan? Apakah mau pelayanan kita hanya sekedar pelayan-pelayan yang Cuma mengerjakan program, tp tanpa tujuan yg jelas. Ibarat seperti air mengalir tapi nggak jelas tujuannya mau dibawa kemana.
Setelah brainstrorming soal visi dan bagaimana pelayanan PI kedepan, eh tiba” topic pembicaraan beralih ke soal regenerasi, dan dgn santainya Ko Cu Yen ngeplot aku untuk jd ketua PI dgn alasan bla-bla-bla-bla selama pembicaraan mslh visi&program. Yah akhirnya mau gmn lagi terang aja yg lain juga setuju krn wkt itu yang ada cm pengurus baru, ketua lama, & Pdt. Jantje, sdgkan Meli yg sbenernya jg dicalonkan jd ketua waktu lg nggak ada ngurus acara lain, dan pengurus baru msh belum mmungkinkan jd ketua. Wah jujur aja shock berat, gak kebayang mau dibawa kemana PI slm 1 th kedepan, rasa takut, cemas, nggak pede, dll campur jd satu. Mau nggak mau harus diterima. Aduh berat bgt rasanya tanggung jwb yg harus dipikul.
Memang seneng rasanya ketika kita diberi sebuah kepercayaan oleh orang” disekeliling kita untuk memikul suatu tugas&tanggung jawab, ini berarti “kita dianggap” mampu. Tp, apa betul aku mampu? Itulah yg jd pertanyaanku! Yah, doakan saja agar Tuhan memampukan aku untuk mengerjakan pelayanan ini dengan baik. Akupun rindu untuk bs memberikan yg terbaik buat Tuhan.
Visi pelayanan PI kedepan secara garis besar didasarkan pada Amanat Agung, tp masih belum dirumuskan lg secara spesifik. Dan untuk program kedepan kita akan bekerja sama dengan gereja lain & lembaga misi yang ada karena jujur kita sebagai pengurus merasa awam dan belum tahu banyak soal pelayanan misi yg sesungguhnya itu seperti apa. Jadi kita mau merintis lg dr awal dan mau belajar dr gereja & lembaga misi yg sudah berpengalaman, mumpung banyak pengurus baru dan aku lihat semangat & antusias mereka begitu besar. May God bless our ministry. Amien :D
Langganan:
Postingan (Atom)